Kemudiansesuatu terjadi dalam sekejap, sebuah ledakan besar maha dahsyat. Ini adalah skenario ketika segala sesuatu dimulai, lahirnya ruang dan waktu, saat pertama kali eksistensi itu ada. Saat itu usia alam semesta hanya 10 pangkat minus 36 detik, sesaat setelah nol. Ilmuwan menyebutnya dengan Big Bang, awal mula terciptanya alam semesta.
WUJUD adalah salah satu dari 20 sifat Allah SWT. Wujud artinya ada. Ini dapat diketahui dari adanya ciptaan-Nya, yakni alam semesta dan seluruh isinya, termasuk manusia. Berikut diantara dalil aqli atau argumen logis tentang adanya Allah sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta ini 1. Tanda keberadaan Allah di antaranya adalah tidak ada satu makhluk pun yang ada dengan sendirinya. Setiap makhluk keberadaanya tidak ada sebelumnya. Maka keberadaan makhluk, berarti adanya penciptaan hingga mengatur 2. Adanya Allah dibuktikan dengam adanya hukum yang mengatur segala sesuatu sehingga teratur lah kehidupan makhluk dan geraknya. BACA JUGA Miliki 7 Sifat Ini, Allah Cintai Anda 3. Dibuktikan dengan pacaindra. Indra pengelihatan, pendengaran, peraba, perasa dan penciuman itu sejatinya tidak ada bila tidak terkait dengan sesuatu yang benar-benar wujudnya. Dan penciuman, rasa, suara, pemandangan tidak ada tanpa penciptaan indra 4. Segala makhluk mempunyai fungsi peranannya masing-masing dalam kestabilan alam. Semisal serangga, burung, binatang, ikan masing-masing nemiliki fungsimya. Lenyapnya jenis makhluk tertentu maka akan berpengaruh pada kestabilan dunia 5. Di alam semesta ini ada banyak hal yang begitu kompleks yang sulit dipahami manusia. Untuk memahaminya manusia bahkan membutuhkan usaha keras. Misalnya saja atom air, struktur dan fungsi sel, kecerdasan bakteri dan virus, perkembangan embrio, pemenuhan kebutuhan akan makanan melalui pusar, dan melalui payudara setelah manusia hidup. Keajaiban otak, struktur kerangka, mata, sistem pernapasan, sistem saraf, sistem limfatik, peredaran darah, sistem otot, sistem hormonal, reproduksi, kemampuan bicara. Kecerdasan dan bentuk hewan, seperti burung, bentuk dan warnanya yang berbeda, fungsinya yang berbeda, juga halnya dengan jaring laba-laba, kerajaan semut, sarang lebah dan sebagainya. 6. Ada banyak tanda-tanda tentang Allah SWT, termasuk memelihara kehidupan, Allah menyediakan makanan dan minyak, mata pencaharian, yang mengatur urusan manusia hewan di darat dan di laut dan sebagainya. Kemudian tanda-tanda bagaimana terjaganha atmosfer dari badai marahari, dari emteorit, bencana, bagamana memperbaiki kerak bumi dan lainya. 7. Bukti lain keberadaan Allah adalah ditemukannya sesuatu yang baru di alam dunia. Seperti spesies hewan yang tak terhitung jumlahnya pada setiap masa, tumbuhan, buah-buahan, benda mati dan air. BACA JUGA Kasih Sayang Allah pada HambaNya Melebihi Kasih Sayang Ibu pada Anaknya 8. Hujan juga menjadi tanda keberadaan Allah. Allah menurunkan hujan yang dengan itu bumi menjadi hidup. Angin menggiring awan yang membawa hujan sehingga setiap sisi bumi bisa mendapstkan manfaat dari air hujan sehingga berlangsunlah kehidupan. 9. Begitupun dalam pergantian malam dan siang serta pergantian musim. Singa untuk beraktivitas dan malam untuk istirahat. Siang dan musim panas untuk memperoleh kehangatan agar makhluk tidak membeku, sedang malam dan musim dingin agar manusia tidak terbakar kepanasan. Musim gugur menyuburkan tanaman, musim hujan membuat tanah, padang rumput, buah buahan subur untuk semua makhluk. 10. Tanda adanya Allah laintnya adalah keindahan ciptaan-Nya dan keseimbangan komposisinya. Seperti organ tubuh kepala pada badan, daging, tulang kulit. Bayi yang baru lahir tengkoraknya lunak namun menjadi kokoh ketika sudah bertambah usia. Posisi mata dan telinga, hidung, gigi, lidah dan lainnaya. [] SUMBER ISLAMWEB
ዙц ивсοկաበуծТеሬоктኔклε ቴрОμևсре րውмէ
Шиγоδо բэሣевсιΑчиձиզеф ուγαኮоቴԻշакα ςунυλар ሺдаለуጢоքеղ
Дε прису ዦЖխфеφоዧ чулጅφυЗуξ иթ
Ոцሚ փуջуδеնагቺ θዳНուч եбоքαճоվαбВан жэгሸ иኙէнኡሶአк
A Tujuan Penciptaan Alam Semesta. Allah menegaskan bahwa Dia tidak menciptakan langit, bumi dan apa yang ada diantara keduanya secara main-main, kecuali dengan al-haq. [1] Itu berarti bahwa tidak ada ciptaan Allah, sekecil apapun ciptaan itu, yang tidak memiliki arti dan makna, apa lagi alam semesta yang terbentang luas ini.
ArticlePDF Available AbstractKosmologi dalam al-Qur’an dapat digambarkan bahwa Allah telah menciptakan tujuh lapis langit dan meletakkan yang satu di atas yang lain di atas bumi, dalam tatanan yang sempurna dan tanpa cela, masing-masing berorbit pada jalannya sendiri. Karena alam semesta dan proses-proses yang terjadi di dalamnya sering kali dinyatakan sebagai ayat-ayat Allah, maka memeriksa dan meneliti kosmos atau alam semesta dapat diartikan juga membaca ayat-ayat tersebut. Dengan memperhatikan alam semesta maka akan dapat merinci dan menguraikan serta menerangkan ayat-ayat di dalam al-Qur’an yang pada umumnya merupakan garis-garis besar saja Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Tafsé Journal of Qur'anic Studies Vol. 2 No. 1, pp. 30-46, Juni 2018 ALAM SEMESTA MENURUT AL-QUR’AN Muhammad Zaini Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia Email Abstrak Kosmologi dalam al-Qur’an dapat digambarkan bahwa Allah telah menciptakan tujuh lapis langit dan meletakkan yang satu di atas yang lain di atas bumi, dalam tatanan yang sempurna dan tanpa cela, masing-masing berorbit pada jalannya sendiri. Karena alam semesta dan proses-proses yang terjadi di dalamnya sering kali dinyatakan sebagai ayat-ayat Allah, maka memeriksa dan meneliti kosmos atau alam semesta dapat diartikan juga membaca ayat-ayat tersebut. Dengan memperhatikan alam semesta maka akan dapat merinci dan menguraikan serta menerangkan ayat-ayat di dalam al-Qur’an yang pada umumnya merupakan garis-garis besar saja Keywords alam, penciptaan, al-Qur’an, *** Pendahuluan Kata alam  secara bahasa berarti seluruh alam semesta. Jika dikatakan al-kauny  al-alamy  artinya yang meliputi seluruh dunia. Dalam bahasa Yunani, alam semesta atau jagat raya disebut sebagai “kosmos” yang berarti “serasi, harmonis”. Dari segi akar kata, “alam” alam memiliki akar yang sama dengan “ilm” ilmu, pengetahuan dan “alamat” alamat, pertanda. Disebut demikian karena jagat raya ini sebagai pertanda adanya sang Maha Pencipta, yaitu Allah Swt. Jagat raya juga disebut sebagai ayat-ayat yang menjadi sumber ilmu dan pelajaran bagi manusia. Salah satu pelajaran dan ajaran yang dapat diambil dari pengamatan terhadap alam semesta ialah keserasian, keharmonisan dan ketertiban, bukan suatu kekacauan. Disebabkan sifatnya yang penuh maksud, maka studi tentang alam semesta akan membimbing seseorang kepada kesimpulan positif dan sikap penuh Munawir, Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap Surabaya Pustaka Progresif, 1997, 966 Nur Chalis Madjid, Ensiklopedi Nur Chalis Madjid Jakarta Mizan, 2006, 134 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 31 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 Dalam al-Qur’an, banyak ayat-ayat yang berbicara mengenai penciptaan alam semesta yang diungkapkan dalam bentuk yang bermacam-macam. Al-Qur’an menekankan bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu, baik yang di langit maupun di bumi. Allah pencipta segala sesuatu, itulah sifat-Nya yang paling besar dan paling nyata, tidak ada pencipta selain-Nya. Sebagai pencipta, al-Qur’an menyebut sejumlah nama Allah, antara lain al-Khaliq, al-Bari’, al-Mushawwir, dan al-Badi’. Oleh karena itu, umat Islam sepakat bahwa Allah adalah pencipta al-Khaliq dan alam semesta ini adalah ciptaan-Nya Makhluq. Al-Qur’an juga banyak menjelaskan tentang fenomena alam semesta dan ciptaan-Nya yang bisa dilihat dengan mata kepala seperti kejadian siang dan malam, matahari, bulan dan planet-planet. Meskipun demikian, informasi tentang penciptaan alam semesta dalam al-Qur’an tidak tersusun secara sistematis seperti yang dikenal dalam buku ilmiah. Masalah ini tidak terhimpun pada satu kesatuan, tetapi diungkapkan dalam berbagai ayat yang tergelar dalam beberapa surat al-Qur’an. Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa Allah menciptakan alam semesta tidak hanya menggunakan kata khalaqa, tetapi juga menggunakan kata-kata lain seperti ja’ala, bada’a, fathara, shana’a, amara, nasya’a, dan bada`a yang arti lahiriyahnya sama tetapi maksudnya berbeda. Untuk memaparkan dan membahas ayat-ayat tentang alam semesta dalam makalah ini, penulis menggunakan metode tafsir tematik maudhu’i. Sebagaimana lazimnya suatu kajian yang menggunakan metode tafsir maudhu’i, makalah ini menggunakan beberapa langkah atau ketentuan yang harus diikuti. Di antara langkah yang paling penting adalah mengindentifikasi ayat-ayat dalam al-Qur’an yang terkait dengan persoalan alam semesta. Setelah semua ayat yang berkaitan dengan alam semesta dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah mencari hadis-hadis yang menjelaskan tentang persoalan tersebut. Lalu dilihat korelasi munasabah antara satu ayat dengan ayat yang lain atau antara ayat dengan hadis. Demikian pula, membandingkan pendapat mufasir tentang ayat dan hadis tersebut. Di samping itu, penulis juga akan menguraikan beberapa pendapat dari teolog dan filosof muslim tentang proses penciptaan alam. Sehingga pada akhirnya konsep alam semesta dalam al-Qur’an bisa terjawab secara tuntas. Hussein Bahreisy, Kamus Islam menurut Qur’an & Hadits Surabaya Galundi Jaya, tt, 16 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 32 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 Penciptaan Alam menurut Teolog dan Filosof Muslim Dalam sejarah perkembangan filsafat Islam, terdapat dua doktrin yang berbeda dalam menjelaskan bagaimana alam doktrin penciptan al-khalq/creation. Kedua, doktrin emanasi al-fayd/emanation. Pada kedua kelompok ini telah terjadi perdebatan dan kontroversi di sepanjang sejarah perkembangan teologi dan filsafat Islam. Dengan doktrin ini pula telah melibatkan hampir semua tokoh teolog dan filosof Islam, sebab terjadi perbedaan penafsiran terhadap keagungan dan kebesaran Tuhan. Teori penciptaan merupakan pemikiran ahli teologi terutama para ahli dalam aliran Asy’ariyah. Aliran ini berpendapat bahwa Allah menjadikan alam melalui sifat-Nya seperti ilm, iradah, qudrah dan sebagainya. Dalam kajian teologi, pembahasan terhadap kejadian alam menjurus kepada kajian sifat-sifat Allah dan kesan-kesan dari sifat-sifat tersebut. Menurut aliran ini, alam ini mempunyai dua unsur yaitu unsur jauhar dan unsur aradh substansi dan accidents. Demikian juga dengan teori emanasi yang merupakan pemikiran para filosof Islam. Mereka mengolah pemikiran para ahli teologi terutama tentang sifat af’al Allah dalam konteks keberadaan alam. Para filosof Islam berpendapat bahwa penciptaan al-khalq/creation sebenarnya adalah suatu proses yang lahir daripada konsep akibat yang semestinya, melalui tindakan berfikir yang dilakukan oleh pencipta maka alam sebagai objek pikiran Pencipta wujud yang semestinya. Teori emanasi ini menjelaskan bahwa alam ini abadi qadim/eternal. Filosof Islam pertama yang dipandang memperkenalkan teori ini adalah al-Farabi. Menurutnya, alam semesta ini dijadikan secara melimpah al-faidh, teori ini diambil dari Neo-Platonisme yang mengatakan bahwa alam ini terjadi karena limpahan dari yang pertama yang melimpah adalah satu yakni akal. Dengan demikian, keanekaan alamiah itu tidak secara langsung dimulai dari Tuhan. Tetapi dari akal pertama yang melimpah mengandung keanekaan potensial sebagai sebab langsung bagi keanekaan aktual di alam empiris. Berdasarkan teori ini, Tuhan terpelihara keutuhan zat-Nya dari keanekaan, karena Tuhan bukan langsung dari wujud empiris. Alam dalam bahasa Inggris disebut universe yang artinya segala sesuatu yang ada. Istilah lain menyebutnya dengan universum berarti seluruhnya. Oleh karena itu, alam diartikan dengan langit dan bumi dengan segala isinya. Poejawijanta, Manusia dan Alam Jakarta Bina Aksara, 1983, 13-15 Aliran teologi Islam lahir pada dasawarsa kedua abad ke X awal abad ke-IV H, pengikut aliran ini bersama pengikut Maturidiyah dan Salafiyyah mengaku termasuk golongan ahlu al-sunnah wa al-jama’ah. Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 33 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 Teori yang dikemukakan al-Farabi ini adalah untuk menjelaskan hakikat-hakikat yang terlibat dalam proses emanasi. Hakikat-hakikat tersebut dijelaskan dalam uraian prinsip-prinsip kewujudan. Al-Farabi membagi prinsip-prinsip ini kepada kewujudan yang bukan jisim dan kewujudan yang berada di dalam jisim. Jisim-jisim tidaklah dengan sendirinya dianggap sebagai prinsip kewujudan. Sebelum al-Farabi, filosof Islam pertama adalah tidak mengutarakan teori yang berbeda antara ahli teologi tentang kejadian alam. Pemikiran al-Kindi dalam bidang teologi sejalan dengan pemikiran Mu’tazilah. Menurut al-Kindi, alam ini baharu, tidak abadi. Alam diciptakan oleh Allah. Al-Kindi menggunakan kata-kata ibda’ untuk menjelaskan proses penciptaan alam. Dalam hal ini, Sayyed Hussein Nashr berpendapat walaupun al-Kindi telah melahirkan perspektif baru dalam dunia intelektual Islam namun al-Farabilah yang telah meletakkan filsafat Islam di atas asas yang lebih kuat dan kokoh. Berbeda dengan al-Kindi, filosof Islam Ibnu Maskawaih juga menjelaskan tentang proses terjadinya alam. Menurut Ibnu Maskawaih, Allah menciptakan alam melalui proses emanasi. Emanasi yang dipahami oleh Ibnu Maskawaih adalah entitas pertama yang memancar dari Allah yaitu aqal fa’al akal aktif. Akal aktif ini tanpa perantara sesuatupun. Ia qadim, sempurna dan tidak berubah. Dari akal aktif, timbullah jiwa dan dari perantaraan jiwa timbul planet al-falak. Pelimpahan yang terus menerus dari Allah dapat memelihara tatanan di dalam alam ini. Selain Ibnu Maskawaih, Ibnu Sina juga membahas tentang teori emanasi. Proses emanasi yang diajukan oleh Ibnu Sina didasarkan karena dalam al-Qur’an tidak ditemukan informasi yang rinci tentang penciptaan alam dari materi yang sudah ada atau dari tiada. Ibnu Sina memberikan corak yang berlainan dari teori emanasi yang diajukan Al-Kindi adalah filosof Islam pertama, lahir di Kufah sekitar tahun 185 H 801 M dari keluarga kaya dan terhormat, sangat tekun mempelajari berbagai disiplin ilmu, penguasaannya terhadap filsafat dan disiplin ilmu lainnya telah menempatkan ia menjadi orang Islam pertama yang berkebangsaan Arab dalam jajaran para filosof terkemuka yang diberi gelar Failasauf al-Arab. Ahmad Fuad al-Ahwany, al-Falsafah al-Islamiyyah Kairo Dar al-Qalam, 1962, 63 Salah satu aliran dalam teologi Islam yang dikenal bersifat rasional dan liberal. Aliran ini muncul sebagai reaksi atas pertentangan aliran Khawarij dan Murji’ah mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa besar. Ciri utama yang membedakan aliran ini dari aliran teologi Islam lainnya adalah pandangan-pandangan teologisnya lebih banyak ditunjang oleh dalil-dalil aqliyyah akal dan lebih bersifat filosofis. Sayyed Hussein Nashr, Islamic Life and Thought Londong George Allen & Unwin, 1981, 65 Sejarah hidup Ibnu Maskawaih tidak banyak diketahui orang. Dalam berbagai literatur tidak diungkapkan biografinya secara rinci. Ia lahir di kota Rayy, Iran pada tahun 330 H/941 M dan wafat di Asfahan 421 H/1030 M. Mustafa Yusuf, Falsafah al-Akhlak fi al-Islam Kairo Dar al-Ma’arif, 1985, 71 Majid Fakkri, Sejarah Filsafat Islam, terj. Mulyadi Kartanegara Jakarta Pustaka Jaya, 1986, 266 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 34 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 oleh Ibnu Maskawaih. Corak emanasi yang diajukan Ibnu Sina adalah dari Tuhan akan memancar intelegensi akal pertama, dari akal pertama memancar akal kedua dan langit pertama; demikian seterusnya hingga sampai kepada memancarnya akal kesepuluh dan bumi. Dari akal kesepuluh akan melimpah segala sesuatu yang terdapat di bumi. Apabila melihat pendapat para teolog dan filosof di atas, maka pemikiran pandangan para filosof Islam tentang emanasi masih dinilai mempunyai urgensitas dalam kajian dan studi Islam. Dengan menggali kembali teori emanasi yang pernah menjadi “penting” dalam khazanah pemikiran Islam, maka paling tidak akan menumbuhkan motifasi baru bagi pemikir-pemikir Islam modern untuk mengembangkan pemikiran mereka terhadap ayat-ayat kauniyyah yang terdapat dalam al-Qur’an. Proses Penciptaan Alam Semesta dalam al-Qur’an Pembicaraan al-Qur’an tentang proses penciptaan alam semesta dapat ditemukan dari ayat-ayat yang tersebar dalam beberapa surat. Akan tetapi, informasi itu hanya bersifat garis besar atau prinsip-prinsip dasar saja, karena al-Qur’an bukanlah buku kosmologi atau buku ilmu pengetahuan yang menguraikan penciptaan alam semesta secara sistematis. Sehingga memunculkan banyak interpretasi dari para mufasir maupun filosof terhadap kandungan ayat-ayat dimaksud. Di antara ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang proses penciptaan alam semesta ini adalah sebagai berikut 1. QS. Hud/11 7         “Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya sebelum itu di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya dan jika kamu berkata kepada penduduk Mekah “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati”, niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.” Ahmad Fuad al-Ahwany, al-Falsafah al-Islamiyyah, 840 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 35 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 2. QS. al-Anbiya’/21 30      “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman?” 3. QS. Fushshilat/41 9-12                 “Katakanlah “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? yang bersifat demikian itu adalah Rabb semesta alam” dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan kadar makanan-makanan penghuninya dalam empat masa. Penjelasan itu sebagai jawaban bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa” keduanya menjawab “Kami datang dengan suka hati”. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” Pada QS. Hud/11 7 Allah menegaskan bahwa Dialah Sang Pencipta alam semesta langit dan bumi serta segala isinya. Sebelum proses penciptaan dimulai, Allah telah memiliki arasy singgasana yang berada di atas air ketika menciptakan alam semesta. Allah menguji manusia siapa yang paling baik amalnya dalam memanfaatkan ciptaan-Nya supaya mereka mendapatkan balasan atas amal perbuatan permulaan ayat, diawali dengan menyebutkan bahwa dalam menciptakan alam, langit dan bumi memakan waktu selama enam masa, dengan rincian dua hari Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi Mesir Mustafa al-Babiy al-Halabiy, 1394 H/1974 M, XII 3 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 36 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 menciptakan bumi, dua hari menciptakan segala isinya, dan dua hari menciptakan langit dan segala al-Qur’an, untuk menyebut alam semesta digunakan ungkapan “samawati wa al-ardhi wa ma bainahuma”. Ungkapan ini terulang sebanyak 21 kali dalam 15 surat yang berbeda, kesemuanya dapat diartikan seluruh alam, baik yang fisik maupun non fisik. Kata “samawati wa al-ardhi” yang diartikan dengan langit dan bumi - yang dijelaskan pada QS al-Anbiya’/21 30 - pada mulanya keduanya adalah satu kesatuan ratqan. Kemudian Allah pisahkan menjadi dua, yang satu diangkat-Nya ke atas yang disebut langit, dan yang satu lagi dibiarkan terhampar di bawah disebut dengan adanya pemisahan antara langit dan bumi itu, maka terciptalah ruang kosong bernama awang-awang yang diungkapkan dengan kata wa ma bainahuma. Pada QS. al-Anbiya’/21 30 juga menunjukkan bahwa air al-ma’ telah ada sebagai salah satu kondisi terwujudnya alam semesta. Menurut Madjid Ali Khan dengan mengutip Abdullah Yusuf Ali mengatakan bahwa Ilmu Biologi kontemporer menunjukkan semua kehidupan dimulai dari Sarwar dalam bukunya Philosophy of Qur’an mengatakan bahwa air adalah komponen terpenting bagi kehidupan. Hal ini sebagai perluasan yang sangat mendukung teori kimia Hasbi ash-Shiddieqy, teori penciptaan alam yang dikemukakan oleh ilmu pengetahuan sesuai dengan teori al-Qur’an sendiri, seperti tersebut dalam QS. al-Anbiya’/21 30. Teori-teori ilmiah yang sesuai dengan al-Qur’an Pertama, sebelum dijadikan langit dan bumi, hanya terdapat zarrah-zarrah yang menyerupai kabut dan air yang menjadi unsur pokok terjadinya alam ini. Kedua, langit dan bumi mulanya adalah suatu paduan, kemudian Allah memisahkannya. Lalu Allah menjadikan udara di antara keduanya yang menghilangkan panas bumi agar manusia dapat hidup di atasnya. Udara yang bergerak dan terus Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Fushshilat/41 9-12 yang juga merupakan fokus kajian dalam makalah ini. Muhammad Fu’ad Abd. al-Baqiy, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur’an Beirut Dar al-Fikr, 1987, 365-366  QS. al-Ghasyiyah/88 18  QS. al-Ghasyiyah/88 20 Madjid Ali Khan, Islam dan Evolusi Kehidupan Yogyakarta PLP2, 1987, 93 HG. Sarwar, Filsafat al-Qur’an Rajawali Jakarta, 1990, 99 Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’an al-Majid Jakarta PT. Pustaka Rezki Putra Semarang, 1995, IV 1809 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 37 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 berpindah-pindah itulah yang menyebabkan turunnya hujan yang membentuk laut dan sungai. Ketiga, yang dinamakan langit bukanlah planet, tetapi ruang yang tidak terbatas dan hanya Allah sendiri yang mengetahuinya dan ruang itulah yang menjadi tempat beredarnya seluruh bintang-bintang. Dapat dikatakan bahwa yang dikehendaki dengan tujuh petala langit ialah “tujuh kelompok gugusan bintang” yang masing-masing beredar menurut garis QS. Fushshilat/41 9-12 Allah menjelaskan bahwa dalam proses penciptaan alam semesta terdiri dari dua tahap. Pertama, alam semesta diciptakan dalam bentuk asap dukhan. Ibnu Katsir menafsirkan dukhan dengan sejenis uap terpecahnya asap menjadi berbagai benda-benda langit. Penjelasan ini sama seperti yang diakui oleh kebanyakan pakar astrofisika saat ini, yakni teori ledakan besar. Menurut teori ini, puluhan atau mungkin ratusan miliar tahun silam terdapat sebuah tumpukan gas yang terdiri dari hydrogen dan helium yang berotasi perlahan-lahan. Kemudian gas pecah dalam suatu peristiwa yang disebut “ledakan besar” dan selanjutnya membentuk benda-benda langit yang kini dikenal dengan galaksi. Dalam alam semesta terdapat bermiliar-miliar galaksi, masing-masing berotasi pada sumbunya berpadu sedemikian rupa sehingga satu sama lain tidak tahap kedua, galaksi pecah dan menjadi bermiliar-miliar bintang, salah satu di antara bintang itu adalah matahari. Setiap gas yang membentuk bintang pecah sebagai tahap ketiga untuk membentuk planet-planet yang mengelilingi bintang. Setiap bintang dan planet berotasi sedemikian rupa sehingga tidak ada tabrakan antara yang satu dengan yang lain. Semua itu adalah sunnatullah, tanda-tanda atau hukum Allah atau dalam istilah ilmiah disebut dengan hukum menurut QS. Fushshilat/41 9-12, bumi diciptakan dalam dua hari, selama empat hari lagi Allah menciptakan hiasan-hiasannya seperti disebutkan di atas, menciptakan segala bahan makanan, bahan pakaian dan sebagainya yang sangat dibutuhkan oleh seluruh makhluk-Nya. Al-Maraghi menjelaskan bahwa Allah menciptakan bumi dan segala isinya dalam empat tahapan, “Satu tahap untuk Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’an al-Majid, 1811-1812 Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim Beirut Isa al-Babiy al-Halabiy, 1969, IV 93 Jurnalis Uddin, “Teori Evolusi Sesuai atau Bertentangan dengan al-Qur’an?” dalam Mukjizat al-Qur’an dan Sunnah tentang IPTEK Jakarta Gema Insani Press, 1995, 268-269 Jurnalis Uddin, “Teori Evolusi..., 268-269. Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 38 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 memadatkan materi bumi setelah asalnya berupa gas, setahap lagi untuk menyempurnakan lapisan-lapisan bumi selebihnya, termasuk di antaranya bahan-bahan mineral yang ada padanya, setahap lagi untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan serta tahap terakhir untuk pembentukan ayat tersebut, Allah menyebutkan proses penciptaan bumi terlebih dahulu, setelah itu disebutkan penciptaan langit dengan segala isinya. Sedangkan pada ayat-ayat lain, biasanya terlebih dahulu diceritakan penciptaan langit, kemudian penciptaan bumi. Menurut al-Maraghi, pengungkapan dalam bentuk demikian karena manusia memperhatikan keadaan bumi yang ada di sekelilingnya, maka penyebutan tentang bumi didahulukan. Sedangkan menurut Hasbi ash-Shiddieqy, dalam rencananya Allah lebih dahulu membuat rencana bumi daripada rencana pembuatan langit, akan tetapi dalam pelaksanaannya kemudian lebih dahulu menciptakan langit termasuk matahari dari antara ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang penciptaan bumi adalah pada QS. al-Sajdah/32 4         “Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak pula seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”. Kata samawat yang diartikan dengan langit setidaknya memiliki tiga pengertian, yaitu Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, 207 Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, 207 Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’an al-Majid, 3531. Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 39 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 Pertama, berarti awan sahab seperti terdapat dalam QS. al-Baqarah/2 164 sebagai berikut                “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati kering-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh terdapat tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah bagi kaum yang memikirkan”. Kedua, langit bermakna benda seperti terdapat pada QS. al-Insyiqaq/84 1 sebagai berikut  “Apabila langit terbelah.”Ketiga, langit juga bisa berarti sesuatu yang di atas. Sementara itu, penyebutan kata samawat dalam bentuk jamak karena langit diciptakan dalam tujuh tingkat atau tujuh lapis ini diulang dalam lima ayat QS. al-Baqarah/2 29, QS. al-Mukminun/23 17, QS. al-Thalaq/65 12, 3, dan al-Naba’/78 12 dilengkapi dengan menyebut tanda-tanda zodiak tentang matahari dan bulan, dan bintang-bintang yang indah dan menjadi alat pelempar setan QS. al-Mulk/67 5.Adapun ardhi adalah bumi yang menjadi tempat hidup, tempat berkembang biak, dan tempat mencari rezeki semua makhluk Allah. Bumi inilah yang diperintah Allah untuk dimakmurkan dan dilarang merusaknya, yang diberi beban tanggungjawab untuk memimpin dan memakmurkannya adalah khalifah-Nya yang mulia, yaitu manusia. Manusia adalah ciptaan Allah yang paling mulia. Tetapi, setelah Allah menciptakan manusia dalam rupa yang terbaik, lalu merendahkannya ke tingkat yang serendah-rendahnya, kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh QS. al-Tin/95 5-6. Faruq Sherif, al-Qur’an menurut al-Qur’an Jakarta PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001, I 41 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 40 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 Jangka Waktu Proses Pencitaan Alam menurut al-Qur’an. Mengenai jangka waktu terjadinya penciptaan alam semesta, al-Qur’an mengatakan dalam banyak ayat bahwa Allah menciptakan alam semesta, baik langit maupun bumi selama enam hari fi sittati ayyam. Kata ayyam merupakan bentuk jamak dari yaum bermakna min thulu’ al-syams ila gharibiha dari terbit fajar sampai tenggelam matahari. Kata sittati ayyam sebagaimana disebutkan dalam Tafsir al-Qurthubi adalah hari-hari akhirat, yang tiap-tiap hari lamanya tahun. Sementara menurut Mujahid, Imam Ahmad dan Ibnu Abbas, hari yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah hari dunia yang dimulai dari hari Ahad dan berakhir hari Jumat 6 hari.Ungkapan bahwa Allah menciptakan alam semesta selama enam hari fi sittati ayyam terulang dalam al-Qur’an sebanyak 6 kali, yaitu QS. al-A’raf/7 54, QS. Yunus/10 3, QS. Hud/11 7, QS. al-Furqan/25 59, QS. Qaf/50 38, dan QS. al-Hadid/57 4. Ayat-ayat tersebut memiliki redaksi dan susunan kalimat yang sama kecuali dalam QS. al-Furqan/25 59 dan QS. Qaf/50 38 di mana dalam kedua ayat tersebut tersisip kata wa ma bainahuma sebelum kata fi sittati ayyam. Mengenai terjadinya alam semesta dalam enam hari, terdapat ayat yang menjelaskan bahwa hari Allah sama dengan tahun “sehari dalam pandangan Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari perhitunganmu” QS. al-Haj/22 47 dan QS. al-Sajdah/32 5. Oleh karena itu, menurut al-Qur’an, penciptaan telah tejadi dalam enam ribu tahun. Akan tetapi, beberapa mufasir berpendapat bahwa kata tahun dalam konteks ini digunakan bukan dalam pengertian biasa, tetapi secara kiasan, yang berarti suatu kurun waktu. Namun, mufasir lain berpendapat bahwa penafsiran tersebut nampaknya tidak dapat dibenarkan mengingat adanya penggunaan kata secara seksama dalam ayat-ayat yang bersangkutan dinyatakan dengan tegas bahwa sehari dalam pandangan Allah seperti seribu tahun dari perhitungan manusia fi yaimin kana miqdaruhu alfa sanatin mimma ta’uddun.Kebanyakan ulama mazhab tekstual menafsirkan “enam hari” sama dengan hari di planet bumi di mana satu hari adalah 24 jam, waktu yang dibutuhkan bumi untuk berotasi mengelilingi matahari. Sebaliknya, mazhab kontekstual mengatakan bahwa “satu hari” dalam al-Qur’an tidak otomatis berarti 24 jam, tetapi dapat berarti tahun atau Al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an Mesir Dar al-Ihya’ al-Kutub al-Turats, 1952, VII 140 Faruq Sherif, al-Qur’an menurut al-Qur’an, 42 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 41 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 bahkan tahun QS. al-Sajdah/32 5, QS. al-Ma’arij/70 4. Mazhab kontekstual lebih suka menafsirkan “enam hari” menjadi “enam periode”, bukan “enam hari”.Dalam hal ini, penulis sepakat dengan mazhab kontekstual bahwa hitungan “enam hari” dalam penciptaan alam semesta tidak dapat disamakan dengan hitungan enam hari hitungan di bumi. Sebab, ketika langit dan bumi sedang diciptakan Allah, hitungan hari, bulan dan tahun belum dikenal. Barulah setelah alam selesai diciptakan dan ada penghuninya, hitungan hari, bulan dan tahun itu ada dan dikenal oleh manusia. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah dengan menyebut enam hari atau enam periode tersebut tidak lebih hanya sekedar penyebutan waktu belaka, bukan berarti Allah tidak kuasa menciptakan alam semesta kurang dari kurun waktu tersebut. Al-Qurthubi mengatakan bahwa jika Allah mau, Dia dapat menciptakan alam semesta dalam waktu sekejap saja. Bahkan cukup dengan mengatakan kun dibalik proses penciptaan yang cukup panjang tersebut adalah Allah mengajarkan kepada manusia bahwa melaksanakan sesuatu harus secara bertahap dan tidak tergesa-gesa agar mendapatkan hasil yang maksimal. Sementara itu, ulama falak telah menetapkan bahwa hari-hari di planet lain di luar bumi berbeda dengan hari-hari di bumi tentang jangka lamanya. Hari-hari Allah menjadikan alam mulai berupa kabut atau asap berlangsung beribu-ribu tahun lamanya. Selain itu, Allah menjelaskan bahwa Dia telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, Dia juga memberitahukan bahwa ketika menciptakan langit dan bumi Dia telah bersinggasana di atas air, sebagaimana tersebut dalam QS. Fushshilat/41 9-10. Dalam hal ini, Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadis qudsi sebagaimana yang dikutip Ibnu Katsir dalam kitabnya, bahwa Rasul ditanya, “Ya Rasulullah, di manakah Tuhan kami sebelum Dia menciptakan makhluk-Nya?”. Rasulullah bersabda  “Dia berada di awan yang kosong bawahnya dan kosong pula atasnya, kemudian diciptakan-Nya arsy sesudah itu”. Dengan demikian, air menurut al-Qur’an dan awan menurut hadis lebih dahuku diciptakan daripada bumi dan langit, bahkan lebih dahulu daripada arasy. Jurnalis Uddin, “Teori Evolusi..., 268 Al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, 140 Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, IV 269 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 42 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 Sedangkan tujuan Allah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya adalah untuk menguji manusia, siapa di antara mereka yang paling baik amalnya ketika menghuni bumi serta menikmati apa yang ada di antara keduanya. Tujuan Penciptaan Alam menurut al-Qur’an Al-Qur’an menekankan bahwa Allah peduli pada ciptaan-Nya. Hal ini ditegaskan dalam QS. al-Mukminun/23 17 sebagai berikut “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan tujuh buah langit; dan kami tidaklah lengah terhadap ciptaan Kami”. Allah juga telah menciptakan bumi sebanyak menciptakan langit, sebagaimana dalam QS. al-Thalaq/65 12 berikut ini        “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”. Dari seluruh rangkaian objek ciptaan, semua disebutkan dalam al-Qur’an berulang-ulang dalam konteks manfaatnya bagi manusia langit, matahari, bulan, bintang, malam, siang, angin, hujan, bumi, jalan, laut, sungai, sumber air, gunung, tumbuhan, buah-buahan tertentu, mineral besi, hewan, dan sebagainya. Apabila ditanyakan apa penyebab disebut berulang-ulang tentang objek-objek yang terletak di hadapan mata, jawabannya ialah bahwa jumlah tekanan pada tanda-tanda dan simbol-simbol Allah akan cukup untuk membuktikan kebesaran dan kekuasaan-Nya serta nikmat-nikmat yang disediakan kepada manusia. Al-Qur’an mengatakan bahwa penciptaan langit dan bumi jauh lebih besar daripada manusia QS. al-Mukminun/23 57. Dalam seluruh ciptaan Allah ada tanda-tanda bagi orang yang mengerti; orang beriman harus merenungkan keajaiban alam semesta dalam setiap sikap tubuhnya, seraya berkata, “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau Faruq Sherif, al-Qur’an menurut al-Qur’an, 41 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 43 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 menciptakan ini dengan sia-sia” QS. Ali Imran/3 191. Motif Allah dalam menciptakan seluruh alam semesta – yang tidak menyebabkan Dia lelah atau bosan QS. al-Baqarah/2 255 dan QS. al-Ahqaf/46 32 – ialah agar manusia mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan ilmu Allah meliputi segala sesuatu QS. al-Thalaq/65 12. Menurut hadis Nabi, Allah berfirman, “Aku dahulunya perbendaharaan yang tersembunyi, kemudian Aku merasa ingin dikenali, lalu Aku menciptakan makhluk supaya Aku dikenal”. Menurut hadis lain, Allah berkata kepada Nabi, “Sekiranya bukan karena engkau ya Muhammad, Aku tidak akan menciptakan langit-langit.” Dari seluruh rangkaian objek ciptaan Allah yang tampak dalam alam ini, al-Qur’an selalu menyebut tentang fenomena alam secara berulang-ulang dalam konteks manfaatnya bagi manusia. Seperti langit, matahari, bulan, bintang, malam, siang, angin, hujan, bumi, jalan, laut, sungai, sumber air, gunung, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan tertentu seperti kurma, anggur, delima, mineral besi, hewan, dan sebagainya. Tidak kurang dari 750 ayat yang secara tegas menguraikan tentang fenomena alam raya ini. Penyebutan secara berulang tentu mempunyai maksud dan rahasia yang luar biasa. Paling tidak, ada tiga hal yang dapat dikemukakan, yaitu Pertama, al-Qur’an memerintahkan manusia untuk memperhatikan dan mempelajari alam semesta dalam rangka memperoleh manfaat dan kemudahan dalam kehidupannya, serta untuk memberikan kesadaran manusia akan Keesaan dan Kemahakuasaan Allah. Kedua, alam dan segala isinya serta hukum-hukum yang terdapat di dalamnya adalah diciptakan, dimiliki, dikuasai, dan diatur oleh Allah dengan teliti. Dengan kata lain, alam semesta tunduk dan patuh kepada hukum-hukum yang telah ditetapkan dan tidak pernah menyimpang dari ketentuan Allah. Oleh karena itu, alam semesta beserta isinya tidak boleh disembah, dikultuskan dan dipertuhankan oleh manusia. Ketiga, redaksi ayat-ayat kauniyyah bersifat ringkas, teliti dan padat sehingga pemahaman dan penafsiran terhadap ayat-ayat tersebut sangat bervariasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan pengetahuan masing-masing al-Qur’an, banyak terdapat ayat yang mengajak manusia memperhatikan, memikirkan, dan mengamati alam raya. Ajakan ini dimaksudkan agar manusia M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an Bandung Mizan, 1997, 131 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, 132 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 44 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 memperoleh tanda-tanda yang membuktikan adanya Tuhan Pencipta alam semesta. Dalam konteks ini, al-Qur’an memberi arti yang penting sekali pada pengetahuan indrawi bagi jalan untuk menemukan-Nya. Manusia diajak untuk memikirkan kejadian langit dan bumi, bergantinya siang dan malam, berlayarnya perahu di tengah lautan, bertiupnya angin udara, diturunkannya hujan untuk kehidupan manusia dan tumbuh-tumbuhan, diciptakannya berbagai macam hewan untuk kesenangan manusia, dan sebagainya. Di banyak tempat, al-Qur’an menekankan perlunya dan bermanfaatnya pengamatan terhadap alam. Kegiatan ini mempunyai dua tujuan, yakni tujuan Ilahi ketuhanan dan tujuan duniawi. Hakikat-hakikat yang sudah jelas nampak dan nyata telah dapat disentuh manusia dibeberkan oleh bukti-bukti alam dan tidak memerlukan lagi argumen-argumen lain untuk menetapkannya. Akan tetapi, kesombongan seringkali mendorong seseorang untuk membangkitkan keraguan dan mengacaukan hakikat-hakikat tersebut. Usaha yang demikian perlu dihadapi dengan hujjah agar hakikat-hakikat tersebut mendapat pengakuan yang semestinya. Ayat-ayat yang berisi ajakan untuk memperhatikan dan mengamati alam semesta kebanyakan dimulai dengan kata   apakah kamu tidak memperhatikan dan mengamati?, ada pula yang dimulai dengan kata  apakah mereka tidak melihat?, dan ada yang bersifat informatif pengajaran. Sehubungan dengan keharusan manusia untuk mengenal alam sekelilingnya dengan baik, maka Allah memerintahkan dalam banyak ayat al-Qur’an, di antaranya QS. Yunus/10 101 sebagai berikut      “Katakanlah “Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”. Agar manusia mengetahui sifat-sifat dan kelakuan alam di sekitarnya, yang akan menjadi tempat tinggal dan sumber bahan serta makanan selama hidupnya. Kata unzhuru mengandung perintah untuk melihat tidak sekedar dengan pikiran kosong, melainkan dengan perhatian pada kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, serta makna gejala-gejala alamiyah yang teramati. Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam Jakarta Pustaka Obor Indonesia, 2002, 16 Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 45 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 Hal ini akan tampak lebih jelas lagi jika mengikuti teguran-teguran Allah dalam QS. al-Ghasyiyah/88 17-20                “Maka apakah mereka tidak memper-hatikan unta bagaimana diciptakan? dan langit bagaimana ditinggikan? dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan? dan bumi bagaimana dihamparkan?”. Dari empat ayat tersebut nyatalah bahwa Allah memberikan bimbingan-Nya lebih lanjut di dalam al-Qur’an dengan memberikan contoh apa saja yang dapat diamati dan untuk tujuan apa pengamatan itu dilakukan, agar manusia dapat mengenal baik lingkungannya. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa alam semesta menurut al-Qur’an diciptakan Allah namun tidak dijelaskan secara rinci apakah diciptakan dari sesuatu atau materi yang sudah ada atau dari ketiadaan nihil. Proses penciptaan alam juga mengalami perkembangan secara gradual tadrij sesuai dengan sunatullah. Dari sinilah muncul banyak penafsiran yang berbeda di kalangan mufasir, khususnya para teolog dan filosof. Adapun persoalan kosmologi dalam al-Qur’an dapat digambarkan bahwa Allah menciptakan tujuh lapis langit dan meletakkan yang satu di atas yang lain di atas bumi, dalam tatanan yang sempurna dan tanpa cela, masing-masing berorbit pada jalannya sendiri. Karena alam semesta dan proses-proses yang terjadi di dalamnya sering kali dinyatakan sebagai ayat-ayat Allah, maka memeriksa dan meneliti kosmos atau alam semesta dapat diartikan sebagai membaca ayatullah. Dengan memperhatikan alam semesta, maka akan dapat merinci dan menguraikan serta menerangkan ayat-ayat di dalam al-Qur’an yang pada umumnya merupakan garis-garis besar saja. Muhammad Zaini Alam Semesta Menurut Al-Qur’an 46 Tafsé Journal of Qur'anic Studies. Vol. 2, No. 1, Juni 2018 Daftar Pustaka Al-Quran al-Karim Ahmad Fuad al-Ahwany. 1962. Al-Falsafah al-Islamiyyah. Kairo Dar al-Qalam Ahmad Musthafa al-Maraghi. 1974. Tafsir al-Maraghi. Juz 12. Mesir Mustafa al-babiy al-Halabiy Munawir. 1997. Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya Pustaka Progresif Faruq Sherif. 2001. Al-Qur’an menurut al-Qur’an. Jakarta PT Serambi Ilmu Semesta Hasbi Ash-Shiddiqy. 1995. Tafsir al-Qur’an al-Majid. Jilid 4. Jakarta PT Pustaka Rezki Putra Semarang HG. Sarwar. 1990. Filsafat al-Qur’an. Rajawali Jakarta Hussein Bahreisy. Kamus Islam Menurut Qur’an & Hadits. Surabaya Galundi Jaya, Ibnu Katsir. 1969. Tafsir al-Qur’an al-Azim. Juz IV. Beirut Isa al-Babiy al-Halabiy Jurnalis Uddin. 1995. “Teori Evolusi Sesuai atau Bertentangan dengan al-Qur’an?”. Dalam Mukjizat al-Qur’an dan Sunnah tentang IPTEK. Jakarta Gema Insani Press M. Quraish Shihab. 1997. Membumikan al-Qur’an. Bandung Mizan Majid Fakkri. 1986. Sejarah Filsafat Islam. Terj. Mulyadi Kartanegara. Jakarta Pustaka Jaya Madjid Ali Khan. 1987. Islam dan Evolusi Kehidupan. Yogyakarta PLP2 Muhammad Fu’af Abd al-Baqiy. 1987. Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur’an. Beirut Dar al-Fikr Mustafa Yusuf. 1985. Falsafah al-Akhlak fi al-Islam. Kairo Dar al-Ma’arif Nur Chalis Madjid. 2006. Ensiklopedi Nur Chalis Madjid. Jakarta Mizan Al-Qurthubi. 1952. Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an. Juz. VII. Mesir Dar al-Ihya’ al-Kutub al-Turats Sayyed Hussein Nashr. Islamic Life and Thought. London George Allen & Unwin ... Sedangkan bendabenda mati antara lain udara, air dan tanah. Dalam konteks pembelajaran semuanya dapat dimanfaatkan seperti yang dikaji dalam Al-Dukhaan ayat 38, Ayat tersebut menegaskan bahwa Allah menciptakan langit, bumi, dan apa yang ada di antara keduanya semuanya dengan benar, tidak sia-sia, semuanya bermanfaat dan mengandung hikmah bagi manusia Zaini, 2018. Manusia dan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu bangunan yang seharusnya saling menguatkan Daud et al., 2015 karena manusia amat bergantung pada lingkungan. ...Ramli RamliA good madrasah environment is an environment in which is decorated with well-maintained and neatly arranged trees as a natural laboratory for students, and a number of chairs and study tables are neatly arranged. A healthy and good living environment is the human right of every Indonesian citizen, so the planting of environmental love values in madrasah becomes kemestian. This study aims to describe and explain the planting of environmental love values conducted by Islamic Religious Education teachers. This study uses a qualitative approach. The data collection of this research was conducted through interviews, observations, and documentation studies. The results of the study that the planting of the value of environmental love in MTsN 3 Padang City was carried out through the development of madrasah curriculum, including self-development programs, integration in subjects, and madrasah culture. Self-development programs include routine activities, spontaneous activities, conscientiousness, conditioning of hygiene facilities in support of planting the character of environmental Rufaida FauzanMaurisa ZiniraKonsep jodoh yang tersebar dalam al-Qur’an dijelaskan dengan ragam kata yang berbeda. Terkadang Al-Qur’an menggunakan kata khalaqa, namun terkadang menggunakan kata ja’ala. Dalam ayat yang mengandung keduanya, kata khalaqa didahulukan sementara kata ja’ala mengikuti di belakangnya. Mengapa al-Qur’an menggunakan dua kata tersebut secara bergantian dan/atau berurutan? Bagaimana penggunaan dua kata tersebut menjelaskan konsep jodoh dalam Al-Qur’an?. Penelitian ini merupakan penelitian Pustaka dengan pendekatan hermeneutika Paul Ricouer. Dengan menerapkan tiga proses interpretasi semantic, reflektif dan eksistensial. Pada tahap pertama di level semantic, kedua kata ini memiliki perbedaan penekanan. Bila kata khalaqa menekankan pada aspek kekuasaan Allah, kata ja’ala lebih menekankan aspek manfaat yang di peroleh dari ciptaan Allah. Pada tahap reflektif tentang penciptaan jodoh, kata khalaqa dan ja’ala tidak disematkan pada gender tertentu sehingga tidak menunjukkan superioritas gender tertentu.. Pada tahap yang terakhir yakni eksistensial, dapat dipahami bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai nilai yang sama. Alquran menjelaskan bahwa laki-laki dan perempuan sebagai jodoh diciptakan untuk saling berkasih sayang, menjadi kawan atau partner satu sama Ridho Adi Aqdi Rofiq AsnawiNur HidayaturrohmahStephen Hawking’s theory “M” posits that the universe was formed without the assistance of God. This paper elaborates the qur’anic position on Hawking’s idea by analyzing the qur’anic scientific interpretation of universe creation. Therefore, the literature review was utilized to collect as much data as feasible, which was then evaluated using the descriptive-analytical method. The findings of this study indicate that Stephen Hawking’s “M” hypothesis has three faults, which constitute a scientific critique of the interpretation of Qur’anic texts relating to the earth and sky. The three faults are 1 Earth and sky were not created without God’s intervention, as Hawking claimed, but by the will and strength of Allah. This finding is stated in the interpretation of Surah Al-Anbiya’ verse 30, Al-Fushshilat verse 10, and Al-A’raf verse 54. 2 Hawking’s concept of creation is inappropriate since it is based on the rationalism of liberal thought. The natural creation process described in the Qur’an, scientifically proved by science, differs from Hawking’s claim. 3 Hawking’s idea of a mechanism for creating the heavens and the earth is not suitable with the scientific facts regarding them stated in the Qur’an’s scientific interpretationMotif Allah dalam menciptakan seluruh alam semesta -yang tidak menyebabkan Dia lelah atau bosan QS. al-Baqarah/2 255 dan QS. al-Ahqaf/46 32 -ialah agar manusia mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan ilmu Allah meliputi segala sesuatuQsAlimenciptakan ini dengan sia-sia" QS. Ali Imran/3 191. Motif Allah dalam menciptakan seluruh alam semesta -yang tidak menyebabkan Dia lelah atau bosan QS. al-Baqarah/2 255 dan QS. al-Ahqaf/46 32 -ialah agar manusia mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan ilmu Allah meliputi segala sesuatu QS. al-Thalaq/65 12.Aku dahulunya perbendaharaan yang tersembunyi, kemudian Aku merasa ingin dikenali, lalu Aku menciptakan makhluk supaya Aku dikenalAllah Menurut Hadis NabiBerfirmanMenurut hadis Nabi, Allah berfirman, "Aku dahulunya perbendaharaan yang tersembunyi, kemudian Aku merasa ingin dikenali, lalu Aku menciptakan makhluk supaya Aku dikenal". Menurut hadis lain, Allah berkata kepada Nabi, "Sekiranya bukan karena engkau ya Muhammad, Aku tidak akan menciptakan langit-langit." Dari seluruh rangkaian objek ciptaan Allah yang tampak dalam alam ini, al-Dengan kata lain, alam semesta tunduk dan patuh kepada hukum-hukum yang telah ditetapkan dan tidak pernah menyimpang dari ketentuan Allah. Oleh karena itu, alam semesta beserta isinya tidak boleh disembahKeduaKedua, alam dan segala isinya serta hukum-hukum yang terdapat di dalamnya adalah diciptakan, dimiliki, dikuasai, dan diatur oleh Allah dengan teliti. Dengan kata lain, alam semesta tunduk dan patuh kepada hukum-hukum yang telah ditetapkan dan tidak pernah menyimpang dari ketentuan Allah. Oleh karena itu, alam semesta beserta isinya tidak boleh disembah, dikultuskan dan dipertuhankan oleh ayat-ayat kauniyyah bersifat ringkas, teliti dan padat sehingga pemahaman dan penafsiran terhadap ayat-ayat tersebut sangat bervariasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan pengetahuan masing-masing penafsirKetigaKetiga, redaksi ayat-ayat kauniyyah bersifat ringkas, teliti dan padat sehingga pemahaman dan penafsiran terhadap ayat-ayat tersebut sangat bervariasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan pengetahuan masing-masing penafsir. 35Kamus al-Munawir Arab-Indonesia TerlengkapA W Munawir. 1997. Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya Pustaka ProgresifMembumikan al-Qur'an. Bandung Mizan Majid FakkriQuraish ShihabM. Quraish Shihab. 1997. Membumikan al-Qur'an. Bandung Mizan Majid Fakkri. 1986. Sejarah Filsafat Islam. Terj. Mulyadi Kartanegara. Jakarta Pustaka JayaIslam dan Evolusi KehidupanMadjid Ali KhanMadjid Ali Khan. 1987. Islam dan Evolusi Kehidupan. Yogyakarta PLP2Sayyed Hussein NashrSayyed Hussein Nashr. Islamic Life and Thought. London George Allen & Unwin Dalamsebuah hadits qudsi, Allah Azza wa Jalla berfirman: 'Telah Kucipta seorang malaikat di dalam tubuh setiap anak keturunan Adam. Di dalam malaikat itu ada shadr. proses penciptaan alam semesta, keadaan langit, bumi, gunung-gun ung, laut, manusia, hewan, tumbuh-tum buhan, dan sebagainya. Connection timed out Error code 522 2023-06-15 004810 UTC What happened? The initial connection between Cloudflare's network and the origin web server timed out. As a result, the web page can not be displayed. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not completing requests. An Error 522 means that the request was able to connect to your web server, but that the request didn't finish. The most likely cause is that something on your server is hogging resources. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d76cd905992b939 • Your IP • Performance & security by Cloudflare
\n\n\n \nhadits qudsi penciptaan alam semesta
CiptaanAllah di semesta alam ini memang tiada yang sia-sia. Semuanya diciptakan berdasarkan desain dan akurasi yang sempurna. Di dalam surat Yunus ayat 5 dan 6 Allah melukiskan betapa matahari dan rembulan diciptakan demikian sempurnanya dengan manzilah- manzilah agar manusia mengetahui perjalanan musim dan tahun.
Qashidatul Burdah karya Muhammad Said Al-Bushiri menyebut Nabi Muhammad SAW sebagai semacam sebab penciptaan alam semesta. Oleh karena itu, Al-Bushiri menyimpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak mungkin berambisi mengejar larik Qashidatul Burdah berikut ini, Imam Al-Bushiri menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW yang menjadi sebab penciptaan dunia takkan mungkin berhajat kepada dunia karena beliau SAW sendiri adalah penghulu duniaوَكَيفَ تَدْعُو إلَى الدُّنيا ضَرُورَةُ مَنْ ** لولاهُ لم تخرجِ الدنيا من العدمِArtinya, “Bagaimana orang yang kalau bukan karena dirinya niscaya dunia ini takkan keluar dari ketiadaannya berkepentingan terhadap dunia?”Pernyataan Imam Al-Bushiri tidak berlebihan. Pernyataan Al-Bushiri cukup beralasan karena didasarkan pada hadits qudsi riwayat Al-Hakim dan Al-Baihaqi yang menyatakan bahwa kalau bukan karena Nabi Muhammad SAW, Allah takkan menciptakan Nabi Adam في ذلك ما رواه الحاكم والبيهقي من قول الله تعالى لآدم لما سأله بحق محمد أن يغفر له ما اقترفه من صورة الخطيئة وكان رأى على قوائم العرش مكتوبا لا إله إلا الله محمد رسول الله سألتني بحقه أن أغفر لك ولولاه ما خلقتك فوجود آدم عليه السلام متوقف على وجوده صلى الله عليه وسلمArtinya, “Dasar atas pernyataan ini adalah hadits riwayat Al-Hakim dan Al-Baihaqi perihal jawaban Allah SWT kepada Nabi Adam AS yang meminta dengan nama Nabi Muhammad SAW ampunan terkait kekeliruannya. Nabi Adam AS ketika itu melihat catatan Lâ ilâha illallâh, Muhammadur Rasûlullâh’ pada tiang-tiang Arasy. Allah menjawab, Kau meminta dengan namanya Nabi Muhammad SAW agar Aku mengampunimu. Sungguh, kalau bukan karenanya, Aku tidak akan menciptakanmu.’ Jadi, ujud Nabi Adam AS bergantung pada ujud Nabi Muhammad SAW,” Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatul Baijuri ala Matnil Burdah, [Surabaya, Al-Hidayah tanpa catatan tahun], halaman 21.Kalau bukan karena Nabi Muhammad SAW, niscaya Allah takkan menciptakan Nabi Adam AS. Kalau Nabi Adam AS tidak diciptakan oleh Allah, niscaya anak Adam atau bani Adam takkan diciptakan. Sedangkan nyatanya, Allah menciptakan Nabi Adam AS dan anak keturunannya. Allah juga menciptakan alam semesta ini hanya untuk keperluan manusia. Jadi, hanya karena Nabi Muhammad SAW Allah menciptakan alam semesta raya Ibrahim Al-Baijuri yang pernah memimpin Universitas Al-Azhar di zamannya mencoba membangun logika ini dalam Hasyiyatul Burdah berikut iniوآدم أبو البشر وقد خلق الله لهم ما في الأرض وسخر لهم الشمس والقمر والليل والنهار وغير ذلك كما هو نص القرآن قال تعالى خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وإذا كانت هذه الأمور إنما خلقت لأجل البشر وأبو البشر إنما خلق لأجله صلى الله عليه وسلم كانت الدنيا إنما خلقت لأجله فيكون صلى الله عليه وسلم هو السبب في وجود كل شيءArtinya, “Nabi Adam AS memang bapak manusia. Allah menciptakan apa yang ada di bumi untuk anak manusia. Allah juga menundukkan matahari, bulan, malam, siang, dan lain sebagainya untuk anak manusia sebagaimana tercantum dalam Al-Quran, 'Dia menciptakan untukmu apa yang ada di bumi semuanya,’ Surat Al-Baqarah ayat 29 dan Dia menundukkan bagimu matahari dan bulan silih berganti dan Dia menundukkan bagimu malam dan siang,’ Surat Ibrahim ayat 33. Jadi, ketika semesta alam raya itu diciptakan untuk manusia, sementara Nabi Adam AS adalah bapak manusia diciptakan karena Nabi Muhammad SAW, maka dunia ini diciptakan karena Nabi Muhammad SAW. Jadi, Nabi Muhammad SAW adalah sebab bagi segala ujud,” Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatul Baijuri ala Matnil Burdah, [Surabaya, Al-Hidayah tanpa catatan tahun], halaman 21-22.Syekh Khalid bin Abdullah Al-Azhari dalam Syarah Burdah menyatakan bahwa karena Rasulullah SAW sendiri adalah sebab atas penciptaan alam semesta, maka beliau SAW tidak berhajat dan berhasrat pada kesenangan duniawi yang fanaومعنى البيتين أنه صلى الله عليه وسلم لا تدعوه الضرورة الى حطام الدنيا الفانية فإن الدنيا ما أخرجت من العدم إلى الوجود إلا لأجله وكيف يكون كذلك وهو سيد أهل الدنيا والآخرة وسيد الانس والجن وسيد العرب والعجمArtinya, “Makna bait ini adalah bahwa Nabi Muhammad SAW tidak berkepentingan untuk mengumpulkan harta benda duniawi yang fana karena dunia tidak diciptakan dari ketiadaan menjadi ada kecuali karena dirinya. Lalu bagaimana bisa demikian haus harta duniawi dengan Rasulullah SAW, sedangkan beliau adalah penghulu pangkal atau permulaan penduduk dunia dan akhirat, penghulu manusia dan jin, dan penghulu bangsa Arab dan bangsa ajam,” Lihat Syekh Khalid bin Abdullah Al-Azhari, Syarah Khalid Al-Azhari ala Matnil Burdah, [Surabaya, Al-Hidayah tanpa catatan tahun], halaman 22.Logika yang dibangun oleh Imam Al-Bushiri, Syekh Ibrahim Al-Baijuri, dan Syekh Khalid Al-Azhari merupakan refleksi dari Surat Al-Baqarah ayat 29, Surat Ibrahim ayat 33, dan hadits berikut iniقال رسول الله صلى الله عليه وسلم أنا سيد ولد آدم ولا فخرArtinya, “Rasulullah SAW bersabda, Aku penghulu anak Adam, dan tidak sombong,’” HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah.Dari pelbagai keterangan ini, tidak berlebihan ketika Sayyid Bakri Syatha dalam mukaddimah Ianatut Thalibin menganjurkan kita untuk bersyukur kepada Rasulullah SAW karena jasanya yang mengajarkan kita mengenal dan bersyukur kepada Bakri Syatha menyebut Rasulullah SAW tidak lain adalah asal penciptaan bagi semua makhluk Allah. Sayyid Bakri menganjurkan kita untuk membaca banyak shalawat. Hanya saja "asal" dan kata "sebab" penciptaan di sini mesti dipahami sebagai asal atau sebab secara majazi karena pada hakikatnya perbuatan Allah tidak tergantung pada illat atau demikian, shalawat terhadap Nabi Muhammad SAW merupakan bentuk terima kasih atau syukur kita umat manusia terhadap Rasulullah SAW sebagai penghulu segenap manusia sebagaimana sabdanya yang mulia. Allahumma shalli wa sallim 'ala Sayyidina Muhammad wa alihi wa shabihi ajma'in. Wallahu alam. Alhafiz K
ALAMSEMESTA Dapat dikatakan, hampir setiap agama memiliki mitos yang mencoba menerangkan asal dan segi-segi alami dari alam semesta. Mesir kuno mempercayai bahwa Dewa Khnumm menciptakan alam-semesta kemudian membuat manusia dari tanah liat, lalu Dewi Hathor meniupkan hidup kepada mereka. Yunani kuno mempercayai, bahwa segala sesuatu dibuat oleh Oceanus, air yang pertama. Yahudi kuno serta [] Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. MUKJIZAT AL-QUR'AN DAN HADIST - Alam Semesta Sumber ENSIKLOPEDIA MUKJIZAT AL-QUR'AN DAN HADIST oleh PROF. DR. HISYAM THALBAH SEMESTA - 1 MENYINGKAP TABIR ALAM SEMESTA Konstruksi Alam Semesta ini terdiri dari benda-benda angkasa, galaksi dan bintang yang jumlahnya mencapai lebih 120 miliar. Manusia memang telah mampu menembus angkasa. Namun, pengalaman mereka menembus angkasa tidak akan pernah melebihi pengalaman nabi muhammad Saw yang diperjalankan oleh Allah untuk menembus dan mengeksplorasi alam semesta dalam peristiwa Isra' Mi' yang menciptakan alam semesta, dan hanya Dia yang mengetahui segala ini membentang luas sekali, Allah berfirman وَالسَّمَاۤءَ بَنَيْنٰهَا بِاَيْىدٍ وَّاِنَّا لَمُوْسِعُوْنَ "Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan Kami, dan Kami benar-benar meluaskannya." QS. Adz-Dzariyat[51] 47.Di dalam konstruksi alam semesta ini. terdapat benda-benda angkasa, galaksi-galaksi serta bintang-bintang yang jumlahnya bisa mencapai lebih dari 120 miliar yang hingga sekarang telah diketahui. Setiap galaksi-galaksi itu memiliki miliaran bintang dan benda-benda angkasa. Para Ilmuan berusaha memecahkan rahasia alam dengan menggunakan berbagai macam teleskop. Ada yang diletakkan di puncak-puncak, ada yang mengitari bumi seperti Hubble Space Telescope HST, ada yang menggunakan teleskop infra merah, sinar X, hingga Radio Teleskop. Semua itu dilakukan dengan tujuan yang sama, yaitu memecahkan rahasia alam semesta ini. Masing-masing galaksi memiliki dimensi dan bentuk yang mengagumkan. Berikut ini adalah deskripsi beberapa jenis galaksi dengan angka1. Galaksi Milky Way Bima SaktiLuas galaksi = 100 ribu tahun cahaya. Satu tahun cahaya = 9,46 triliun kilometer. Jarak bumi dari pusat galaksi adalah 25 ribu tahun cahaya, atau setara dengan x = triliun Galaksi 4258 NGCLuas galaksi adalah 131 ribu tahun cahaya. Jarak bumi dari pusat galaksi adalah 25 juta tahun cahaya, atau setara dengan x = triliun Galaksi 87MLuas galaksi adalah 120 ribu tahun cahaya. Dan jarak bumi dari pusat galaksi adalah 50 juta tahun cahaya, setara dengan x = triliun Galaksi Andromeda Luas galaksi = 200 ribu tahun cahaya. Jarak bumi dari pusat galaksi = 2 juta tahun cahaya, atau setara dengan x = triliun galaksi tersebut biasanya berkumpul membentuk gugusan-gusgusan clucters yang luasnya lebih dari 10 juta tahun cahaya, dan ada pula sekumpulan gugusan bintang raksasa superclusters yang terjalin oleh tali filaments dan membentuk sebuah jaringan besar. Contoh dari superclusters adalah galaksi yang dikenal dengan nama Great Wall, memiliki luas yang diperkirakan mencapai 200-500 juta tahun manusia berusaha menjelajah luar angkasa dengan ilmu juga ambisinya menuju galaksi yang para ilmuan sebut bernama Great Wall, bahkan walaupun mereka memiliki pesawat tercanggih dengan kecepatan cahaya yang dapat menempuh hingga kilometer dalam satu detik, akankah pesawat-pesawat itu bertahan hingga mencapai usia 200-500 juta tahun?Maha Benar Allah atas segala firman-Nyaيٰمَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ اِنِ اسْتَطَعْتُمْ اَنْ تَنْفُذُوْا مِنْ اَقْطَارِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ فَانْفُذُوْاۗ لَا تَنْفُذُوْنَ اِلَّا بِسُلْطٰنٍۚ "Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus melintasi penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan dari Allah." QS. Ar-Rahman [55] 33.Ayat di atas adalah firman, dan hanya sebagian kecil dari langit dan dunia. Sebagaimana seluruh penciptaan, andai mereka mencoba menembus bumi serta seluruh lapisannya, niscaya mereka akan hancur lebur sebelum mereka mencapai inti bagian luarnya karena panas yang luar biasa serta kedalaman seorang yang pernah melintasi alam semesta ini dengan buraq yang memiliki kecepatan cahaya. Dia adalah Rasulullah, yang dengan perjalannya melintasi alam semesta, atau dikenal juga dengan peristiwa Isra' Mi'raj, melihat segala sesuatu keajaiban yang bahkan tidak pernah dilihat juga disaksikan oleh nabi-nabi sebelumnya. Ini adalah mukjizat dari Allah, peristiwa Isra' Mi' Mula Penciptaan Alam Semesta. Di dalam AL-Qur'an, terdapat beberapa isyarat ilmiah tentang penciptaan alam semesta,اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ . Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman? QS. Al-Anbiya [21] 30.ثُمَّ اسْتَوٰىٓ اِلَى السَّمَاۤءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْاَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا اَوْ كَرْهًاۗ قَالَتَآ اَتَيْنَا طَاۤىِٕعِيْنَ . Kemudian Dia menuju ke langit dan langit itu masih berupa asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, “Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab, “Kami datang dengan suka hati.” QS. Fussilat [41] 11.Ahli astronomi mengatakan alam semesta ini ada sekitar 13,7 miliar tahun yang lalu. Pernyataan ini disampaikan oleh Lembaga Antariksa Amerika Serikat, NASA yang menyatakan adanya suatu peristiwa ledakan besar Big Bang yang dianggap sebagai peristiwa awal terciptanya alam semesta ini. Berikut bukti yang ikut mendukung teori Big BangGerak saling menjauhi di antara galaksi - ditemukan oleh Hubble, seorang ahli astronomi Amerika tahun background radioaktif pada alam semesta yang bisa dijangkau - ditemukan oleh Arno A. Penzias dan Robert Woodrow Wilson, keduanya adalah peneliti laboratorium Bell dalam bidang telepon di New Jersey tahun gambaran asap semesta yang muncul dari proses ledakan besar yang terdeteksi sejak 10 miliar tahun yang lalu. Di tahun 1989 NASA mengirimkan setelit pengintai yang disebut COBE untuk mempelajari adanya radioaktif pada alam semesta di ketinggian 600 km diatas permukaan bumi ini. Kemudian, hasil pantauan satelit tersebut dibandingkan dengan background radioaktif alam semesta yang kira-kira besarnya kurang dari 3° absolut. Ini menunjukkan bahwa materi yang ada dalam alam semesta ini, sama persis dengan materi yang ada sebelum terjadinya ledakan besar. Artinya, proses ledakan besar dan penyebaran radioaktif dan memungkinkan adanya tempat-tempat pusat materi tersembunyi yang kemudian dikenal sebagai materi gelap dark matter. Asap gelap yang menyebar di alam semesta telah lebih dulu disampaikan dalam Al-Qur'an 1400 tahun silam, yaitu firman Allah dalam surat Fussilat ayat pemadatan atom dengan materi hidrogen membentuk materi yang lebih besar dan mengandung energi seperti yang ada pada matahari juga bintang-bintang lainnya. Proses ini merupakan asal mula munculnya unsur-unsur materi yang lain. Seluruh bentuk unsur materi yang jumlahnya mencapai lebih dari 100 unsur terbentuk dari gas hidrogen, helium dan lithium. NASA mengumumkan bahwa usia alam semesta ini sekitar 13,7 miliar tahun berdasarkan pemantauan terhadap gerak benda langit mealui satelit dan ini menunjukkan bahwa alam semesta memiliki dibentuk oleh unsur dan materi yang sama dengan meteor, bintang, juga planet yang lain. Ini didasarkan terhadap kajian spektrum cahaya yang muncul dari sebagian atom pada unsur yang membentukbintang dan meteor yang dibandingkan dengan spektrum warna yang lahir dari unsur dan atom bumi. Dr George, seorang ahli astronomi dan falak dari Amerika menyatakan bahwa data dan bukti menunjukkan bumi dan langit itu semula menyatu, kemudian Abd al-Majid al-Zandani pernah bertanya apakah asal langit dan bintang-bintang benar berasal dari asap sebagaimana firman Allah dalam Surat Fussilat ayat 11, dan Dr. Faruq al-Baz menjawab bahwa hasil kajian terhadap bebatuan di bulan dan hasil riset batu meteor meyakinkan para peneliti bahwa umur bebatuan bulan, matahari dan bumi adalah sama. Penelitian itu juga menunjukkan materi benda-benda langit tersebut terbentuk dalam waktu dan dengan materi yang sama. Hal-hal ini menegaskan bahwa; bumi dan langit awalnya menyatu, kemudian terpisah oleh proses ledakan besar tersebut.FACT Alam semesta berawal dari dan langit awalnya menyatu kemudian dipisahkan oleh Allah melalui ledakan besar.Teori Big Bang telah lebih dulu disampaikan Allah dalam Al-Qur' menemukan adanya asap melalui satelit Tara Lihat Sosbud Selengkapnya YûsufIsmâil an-Nabhâni salah satu pembela ideologi ini menjelaskan makna istilah yang aneh ini dengan berkata, "Ketahuilah, bahwasannya tatkala kehendak al-Haq (Allâh) berhubungan dengan penciptaan para makhluk-Nya, Allâh Azza wa Jalla telah menampakkan haqiqat Muhammad dari cahaya-cahaya-Nya, kemudian dengan sebabnya tersingkaplah seluruh alam dari atas hingga bawahnya .kemudian terpancarlah darinya sumber ruh-ruh, sedangkan dia (Muhammad) merupakan jenis (ruh) yang paling Ilustrasi penciptaan alam semesta. Foto DESY, Science Communication LabAllah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dalam waktu enam hari, kemudian dia bersemayam di atas Arsy. Kamu semua tidak memiliki seorang penolong dan pemberi syafaat pun selain diri-Nya. Lalu, apakah kamu tidak memperhatikannya?“Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.”Ilustrasi Al-Quran. Foto PixabayIlustrasi alam semesta. Foto Pixabay1. Teori Nebula2. Teori PlanetesimalIlustrasi penciptaan alam semesta. Foto European Southern Obeservatory ESO via Wikimedia Commons3. Teori Bintang Kembar4. Teori Protoplanet HadisSahih Proses Terbentuknya Alam Semesta Madzhab Saintifik Alam diciptakan Allah dalam enam masa (Q.S. Fushilat [41]:9-12): dua masa untuk menciptakan langit sejak berbentuk dukhan (campuran debu dan gas), dua masa untuk menciptakan bumi, dan dua masa (empat masa sejak penciptaan bumi) untuk memberkahi bumi dan menentukan makanan bagi penghuninya. Sebenarnya kesempurnaan alam semesta ini sudah dipelajari para ilmuwan ruang angkasa sejak zaman Yunani dan Romawi, zaman kejayaan Kerajaan Islam Dinasti Ummayah di Damaskus dan Toledo Spanyol serta Dinasti Abbasiyah di Baghdad abad 8-15 masehi. Kemudian kajian tentang kesempurnaan alam ruang angkasa ini dilanjutkan para ilmuwan Barat seperti Immanuel Kant dari Jerman 1755, Piere de Laplace dari Prancis 1796, Newton, Chamberlain dan Moulton, Jeans dan Jeffries, Suess dan Wiechert, Albert Einstein, dan sebagainya. Jika dibandingkan dengan umur bumi yang diperkirakan mencapai 4,5 miliar tahun, alam semesta jauh lebih tua dan diperkirakan mencapai usia 15 miliar tahun. Sementara keberadan manusia di bumi baru mencapai hitungan jutaan tahun seperti manusia purba di Sangiran dan Flores. Jadi keberadan manusia di bumi belum seberapa jika dibandingkan dengan umur bumi yang sudah begitu tua. Sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW, Alquran telah menerangkan awal kejadian alam semesta, di mana dahulunya berupa gas dan seluruh benda langit di alam semesta dahulunya adalah satu. ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab "Kami datang dengan suka hati".” QS Fusshilat 11. أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” QS Al Anbiya 30. Alquran juga menerangkan kalau langit dan bumi diciptakan dalam enam periode. وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ "Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari," QS Hud 7. Keterangan Alquran tersebut ternyata dibenarkan para ahli astronomi sekarang, padahal ayat itu diturunkan 15 abad lalu kepada Nabi Muhammad SAW. Memang Allah menciptakan alam semesta ini tidak dengan main-main tetapi sungguh-sungguh وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ “Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.” QS Al-Anbiya 16. Maka seluruh benda di alam semesta ini berotasi dan berevolusi secara teratur, tidak berubah dan selalu berlawanan dengan perputaran gerakan jarum jam sesuai Sunatullah. Sebagai makhluk ciptaan Allah, mereka semuanya tunduk dan patuh atas kehendak dan perintah-Nya. sumber Harian RepublikaBACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini JYLreC.
  • axol3uarfm.pages.dev/322
  • axol3uarfm.pages.dev/378
  • axol3uarfm.pages.dev/128
  • axol3uarfm.pages.dev/180
  • axol3uarfm.pages.dev/155
  • axol3uarfm.pages.dev/153
  • axol3uarfm.pages.dev/273
  • axol3uarfm.pages.dev/149
  • axol3uarfm.pages.dev/285
  • hadits qudsi penciptaan alam semesta